Produk pangan kita yang diproses dengan cara dikeringkan -beras, palawija, ikan asin, manisan buah- masih jauh dari impian produk pangan yang memenuhi standar pengolahan pangan yang aman dan higenis. Sebuah teknologi pengeringan bertenaga matahari, menyediakan peluang untuk meraih impian keamanan pangan -food safety- tersebut.
Namanya Solar Tunnel Driyer.
Peraturan keamanan pangan dunia sudah semakin banyak diratifikasi dan diterapkan secara penuh oleh negara-negara yang peduli terhadap keamanan pangan untuk rakyatnya. Di Indonesia standar keamanan pangan masih diterapkan secara sporadis oleh industri pangan besar. Pengolahan pangan pada skala rakyat -penyuplai pangan terbesar- boleh dikata mengabaikan standar keamanan pangan. Ini terjadi karena “peradaban pangan” kita memang masih sampai pada tahap itu. Akibatnya saat produk pangan kita akan diekspor ke luar negeri banyak yang dikembalikan karena tidak memenuhi standar keamanan pangan. Berita buruk ini akan bertambah apabila pasar bebas sudah dimulai, produk asing dengan standar kemanan pangan masuk, habislah daya saing kita.
Untuk mendapatkan produk pangan, dari lahan hingga sampai di meja makan (from farm to table) yang aman dari bahaya-bahaya kimia, biologi dan fisika selain harus terpenuhinya standar ISO 9000, juga disyaratkan untuk pemenuhan standar: Praktek budidaya yang benar/Good Agricultural Practices (GAPs), Praktek manufaktur yang tepat/Good Manufacturing Practices (GMPs) dan Praktek higenisitas yang tepat/Good Hygiene Practices (GHPs). Persyaratan tersebut masih ditambah pemenuhan sistem kontrol bahaya pada titik-titik kritikal dari GAPs, GMPs dan GHPs yang biasa disebut Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Demikianlah maka tata cara budidaya, pengolahan dan industri pangan mengacu pada standar-standar tersebut diatas, termasuk semua mesin dan alat pengolah pangan.
Solar Tunnel Driyer (STD) adalah sebuah teknologi pengolahan pangan yang diciptakan guna mendukung pemenuhan standar keamanan pangan untuk produk pangan kering. Teknologi ini lebih cepat, efisien dan higenis, menyempurnakan metode pengeringan yang mengunakan energi matahari langsung (open air sun drying). Seperti kita ketahui bersama home industry pengolahan pengeringan pangan rakyat masih menggunakan sinar matahari langsung. Dengan cara menghamparkan bahan yang dikeringkan langsung di lantai dengan alas terpal, plastik, tikar atau dikeringkan dengan wadah berupa tampah atau baki (tray) di atas para-para. Seperti pada pengeringan: gabah, jagung, ikan asin dan kerupuk.
Bahan pangan yang dihamparkan ditempat terbuka dan langsung di bawah sinar matahari, jauh dari standar keamanan pangan. Rentan terkontaminasi kotoran organik dan anorganik, karena hewan piaraan -ayam, kucing dan sebagainya- dengan mudah menghampiri dan mencemari. Belum lagi pencemaran dari asap buangan dan lindasan ban kendaraan bermotor. Satu hal lagi yang sangat penting tapi kurang disadari adalah suhu pengeringan yang fluktuatif dan tidak cukup tinggi. Ini menjadikan waktu pengeringan menjadi lama -berhari-hari- akibatnya bahan pangan akan ditumbuhi mikroorganisme terutama jamur dan bakteri. Secara fisik pertumbuhan mikroorganisme memang tidak begitu terlihat bahayanya dapat menyebabkan kematian baik ternak atau manusia, seperti kontaminasi alfatoksin pada jagung dan kacang tanah.
Pengeringan dan Matahari
Pengeringan bahan makanan dilakukan manusia sebagai suatu usaha pengawetan dalam tahapan proses rekayasa pengolahan pangan. Pengeringan ditujukan untuk menurunkan kadar air yang terkandung dalam bahan pangan sekaligus menurunkan aktivitas air (aw). Dengan menurunnya jumlah air bebas -hingga mendekati nol, maka pertumbuhan mikroorganisme, aktivitas enzim dan reaksi kimia dalam bahan makanan akan terhenti. Sehingga umur simpan (shelf life) bahan pangan akan lebih panjang (Ananingsih, 2007).
Mekanisme pengeringan adalah ketika udara panas dihembuskan di atas bahan makanan basah, panas akan ditransfer ke permukaan dan perbedaan tekanan udara akibat aliran panas akan mengeluarkan air dari ruang antar sel dan menguapkannya (Fellow, 2000).
Energi matahari merupakan sumber panas alami yang menjadi pilihan utama untuk digunakan dalam pengeringan, dibandingkan energi panas buatan lainnya. Hal tersebut disebabkan karena untuk mendapatkan manfaat energi matahari tidak diperlukan biaya. Metode pengeringan dengan energi matahari yang paling banyak digunakan di negara tropis adalah pengeringan matahari di tempat terbuka. Meskipun murah dan praktis, metode ini membawa banyak kekurangan yaitu:
a. Mudah terkontaminasi berbagai kotoran.
b. Total tergantung pada pancaran sinar matahari terbaik.
c. Laju pengeringan yang sangat lambat, mendukung pertumbuhan jamur.
d. Sulit dicapai batas kadar air terendah untuk menghambat pertumbuhan jamur.
Sutanto (2007), menjelaskan, berkaitan dengan tuntutan keamanan dan kualitas pangan di era global, kekurangan-kekurangan tersebut harus dicari pemecahannya, dengan tetap mempertahankan matahari sebagai sumber energi utama. Alat pengering dengan energi matahari idealnya menggunakan konstruksi sederhana, efisien dalam penggunaan panas matahari dan bisa tetap bekerja dengan optimal pada pancaran sinar matahari yang fluktuatif. Maka syarat yang harus dipenuhi adalah:
a. Temperatur pengeringan yang tinggi akan menghasilkan waktu pengeringan yang pendek dan mampu mencapai kandungan kadar air akhir yang rendah.
b. Melindungi dari kontaminasi kotoran dan air hujan.
c. Biaya pembuatan murah dengan konstruksi sederhana yang bisa dikerjakan bengkel lokal.
Solar Tunnel Drying
Metode pengeringan dengan menggunakan Solar Tunnel Drying (STD), mampu memenuhi tiga syarat alat pengering yang ideal. Prinsip kerja STD adalah metode pengeringan dengan menggunakan udara panas yang dialirkan dalam terowongan (tunnel). Terowongan dalam STD terbagi menjadi dua bagian, yaitu: setengah bagian pertama adalah penampung energi panas yang dilengkapi dengan kipas blower untuk mengalirkan udara panas. Setengah bagian berikutnya adalah areal pengeringan dengan lubang pengeluaran udara diujungnya. Bahan yang diletakkan pada areal pengeringan secara terus menerus dialiri udara panas sehingga molekul air dalam sel akan keluar dan menguap bersama udara panas (Sutanto, 2007), seperti tampak pada gambar di atas.
Energi untuk menggerakkan 4 kipas blower -total 20-40 watt- bisa dipergunakan energi matahari (photovoltaic module) seperti tampak pada gambar di atas. Bisa juga dengan catu daya baterai rechargeable, baterai accu atau langsung dengan adaptor ke listrik PLN.
Cara penggunaan STD sangat mudah, tinggal membuka tutup pada area pengeringan (drying area) kemudian nampan pengering (tray) dimasukkan dan ditutup kembali. Tidak khawatir terkena hujan, Tidak perlu di bolak-balik karena panas mengalir merata pada seluruh permukaan bahan.
Dengan suhu pengeringan yang berkisar 70O-110OC STD memberikan efek pengeringan yang optimal. Ikan asin yang biasanya dikeringkan dengan matahari langsung -kisaran suhu siang antara 30-40OC- hingga 4-5 hari dengan STD dapat kering dalam waktu 1 hari. Kerupuk yang biasanya dijemur 3 hari dengan STD hanya memerlukan waktu 6 jam siang hari.
Lalu bagaimana kalau jika musim hujan? Apakah STD masih dapat bekerja? Jawabannya masih bisa. Dalam kondisi mendung biasa, masih ada cahaya matahari -tidak hujan lebat dari pagi- STD masih bisa bekerja dengan menghasilkan panas 50O-75OC, karena STD bekerja menangkap panas matahari dengan dua cara yaitu konveksi dan radiasi. Kemudian memfokuskan panas tersebut dan mengalirkan energi panas melintasi bahan yang dikeringan dalam terowongan secara terus-menerus dengan bantuan kipas blower. Rancangan STD tersebut berasal dari Jerman dimana pada negara subtropis intensitas cahaya matahari sangat minim. Dalam perkembangannya STD di Thailand dimodifikasi dengan pemanas dari batubara bercerobong, untuk memaksimalkan panas di musim penghujan.
Hal menarik untuk dijadikan referensi adalah pernyataan satu jurnal penelitian (Elicin, 2005), tentang keuntungan pengeringan apel dengan menggunakan STD, dikemukakan bahwa, penggunaan temperatur tinggi dengan konveksi udara panas buatan pada proses pengeringan super cepat (rapid drying) untuk membuang air pada apel, dapat menyebabkan kerusakan serius atribut sensori berupa: rasa, warna dan nutrisi. Dengan menggunakan metode pengeringan STD kerusakan-kerusakan atribut sensori dapat dihindari. Diketahui pula bahwa pengeringan dengan dengan energi matahari (ultra violet/UV) memberikan manfaat lebih pada performa bahan yang dikeringkan dan manfaat kesehatan karena dengan sinar UV akan lebih banyak mikroorganisme yang berhasil dimusnahkan.
Ada baiknya kelompok-kelompok usaha kecil pengolahan pangan pengeringan diberikan bantuan alat ini oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas produk pangan keringnya dan sebagai edukasi mengolah pangan secara higenis dan efisien. Apabila sudah terbukti manfaat STD ini pasti masyarakat secara swadaya membuat STD sendiri seperti di Thailand dan Vietnam. (*)
Penulis adalah mahasiswa Program Magister Teknologi Pangan Unika Sugijapranata dan bekerja sebagai Sekretaris Eksekutif, Yayasan Obor Tani.
DAFTAR PUSTAKA
Ananingsih, K. (2007). Modul Kuliah: Food Processing and Engineering. Teknologi Pengolahan Pangan, Unika Soegijapranata. Semarang.
Elicin, A.K. (2005). An Experimental Study for Solar Tunnel Drying of Apple.Universitas Ziraat Ankara. Turkey.
Fellow, P.J (2000). Food Processing Technology-Principles and Practice. Woodhead Publishing Limited. England.
Sutanto, F. (2007). Modul Kuliah: Small Scale Drying Technologies. Teknologi Pengolahan Pangan, Unika Soegijapranata. Semarang.
Bagaimana mendapatkan solar tunnel dryer?
Berapa harganya?
Siapa penjualnya?
Mbak Mili, dari kontruksi yang ada di Homepage Obor Tani apakah tidak bisa di contoh untuk dibuat? Jika masih kesulitan Anda bisa menghubungi Ibu Fifi Darmadi Dosen Teknologi Pengeringan Unika Soegijapranata Semarang. Harga 1 unit yang pernah kami buat adalah Rp 18 juta (2006). Demikian, Matur nuwun.
apakah ada alat pengering yg lebih sederhana?
Mbak Anjar Retnanaing, alat-alat pengering yang lebih sederhana ada. Tunggu nanti kami up-load ke obortani.org. Tks
saya tertarik dengan metode pengeringan ini, tapi dimana kita bisa mendapatkan solar sel untuk mengumpulkkan panas, atau apakah bisa dibuat sendiri.
terima kasih atas bantuannya.
syafir
Mas Syafiruddin, solar sel pada STD hanya dipakai untuk catu daya penggerak kipas pendorong. Sedangkan atap pengumpul panas bisa di dapatkan di toko-toko bangunan dan toko pertanian untuk membuar green house. Tks.
Informasi yang menarik, Dimana ya alamat pemesanan..?
Minta prototype pengering sederhana dengan biaya rendah untuk pedesaan
For Ahmad: Pemesanan bisa menghubungi Fakultas Teknologi Pangan (FTP) Unika Soegidjapranata Semarang. CP: Dosen FTP Ibu Fifi.
Berikut ini foto-foto alat pengering sederhana.
Mohon dijelaskan mengapa pengeringan dengan sinar matahari menghasilkan warna produk yang lebih cerah, mungkin karena matahari mengadung sinar UV. Bagaimana mekanisme UV mencerahkan warna. Tolong jika ada referensi tentang ini disampaikan. Terima kasih
For Titiek: Betul UV berperan mencerahkan warna dan mengendalikan mikroorganisme. Pengeringan dengan matahari memang menghasilkan performa sensoris dan fisik yang lebih baik daripada yang tanpa matahari. Mengenai mekanismenya dapat dicari dijurnal-jurnal ilmiah yang banyak di dunia maya. ketik: drying UV mechanism pdf
Selamat berselancar di jurnal-jurnal. Tks
keren banget
seandainya alat ini sudah banyak di industri indonesia pasti sngatlah bagus
salam persahabatan
apakah ini bisa digunakan untuk mengeringkan kakau, jagung atau yg lain dan bagaimana berapa kg per jam masa pengeringan secara rata-rata, thanks
pembahasan yang sangat menarik.,mau tanya jika Solar Tunnel Dryer ini diterapkan di lingkungan pedesaan kira-kira berapa besar biaya investasi yg perlu dikeluarkan.,apakah layak diterapkan di daerah pedesaan.,kemudian apakah bisa digunakan peralatan yg lebih sederhana utk mrancang prototypenya.,mohon penjelasannya ya.,terimakasih.,